Dikatakan dalam sebuah riwayat bahwa peristiwa penyembelihan Ismail oleh ayahnya Nabi Ibrahim a.s adalah sebagai pelaksanaan nazar yang diucapkan oleh Nabi Ibrahim sendiri dengan kata-kata yang keluar dari mulutnya: "Demi Allah kalau aku memperoleh anak laki-laki, akan ku sembelih dan ku jadikan qurban untuk Allah". ia ucapkan nadzar itu ketika ia berqurban dengan 1000 (seribu) ekor kambing, 300 (tiga ratus) ekor kerbau dan 100 (seratus) ekor unta. Dengan ucapannya itu orang-orang dan para Malaikat sangat mengagumi amal qurban Nabi Ibrahim itu, tetapi beliau sendiri merasa masih kurang dan ingin mengurbankan anaknya sendiri jika Tuhan menganugerahinya.
Setelah beberapa waktu berlalu, sesuai dengan harapan permohonannya, Allah menganugerahinya seorang putra yang diberi nama "Ismail". Setelah Ismail mencapai usia 7 (tujuh) tahun (riwayat lain ada juga mengatakan usia 12 tahun) Nabi Ibrahim bermimpi dalam tidurnya bahwa dia mendengarkan suara "laksanakan nazarmu". Beliau merasa bimbang dan berfikir-fikir apakah perintah itu sebenarnya dari Allah atau dari syetan. Akan tetapi suara itu berulang kali didengarnya dalam mimpi, sehingga Nabi Ibrahim tidak ragu-ragu lagi bahwa perintah tersebut adalah dari Allah swt yang menuntut pelaksanaan janji dari nazarnya.
Kemudian beliau mimta pendapatnya kepada ismail, "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpiku bahwasanya aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu", Nabi Ibrahim lantas dengan gagah berani, Ismail meminta ayahnya untuk melakukan perintah Allah tersebut. "Hai Ayah, kerjakanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu, insya Allah ayah akan mendapatkanku termasuk orang-rang yang sabar", jawab Ismail. (Q.S Ash-shafat : 102).
Tatkala Nabi Ibrahim hendak membawa putranya ke tempat penyemblihan, ia berkata kepada istrinya Siti Hajar, agar memberi pakaian yang terbaik kepada Ismail yang akan diajaknya ke suatu jamuan. Lalu pergilah keduanya menuju suatu tempat dekat Mina. Keadaan tersebut Iblis berusaha sekuat kemampuannya untuk menggagalkan rencana Nabi Ibrahim untuk menyembelih Ismail dengan mundar mandir mendatangi Nabi Ibrahim a.s, Ismail, dan Siti Hajar dengan membisik-bisikkan bujukan dan rayuan serta fitnahan antara mereka bertiga, akan tetapi iblis itu selalu gagal menjalan rayuan jahatnya bahkan lebih parahnya ia mendapat lemparan batu dari Ismail tepat mengenai mata kirinnya. Pelemparan batu pada Ismail tersebut diperingati pada setiap kali melakukan ibadah haji, dan sekaligus menjadi salah satu syarat pelaksanaan haji.
Sebelum penyembelihan dilaksanakan, berkatalah Ismail pada Ayahnya: "Hai Ayah! Ikatlah kedua tangaku agar aku tidak dapat bergerak sehingga mengganggumu, tengkurapkanlah wajahku di atas tanah agar engkau tidak terharu, sehingga timbul rasa kasih sayangmu kepadaku, jagalah pakaianmu agar tidak terkena cipratan darahku sehingga mengurangi pahalaku dan menyedihkan ibuku jika ia melihatnya, asahlah baik-baik pisaumu agar berlalu licin dan cepat dileherku sehingga meringankan rasa pedihku, bawalah pakaianku kepada ibuku sebagai tanda kenang-kenangan, sampaikan salamku kepadanya dan pesan ku agar ia sabar menjalankan perintah Allah dan janganlah engkau beritahukan kepadanya, bagaimana engkau menyembelihku dan jangan biarkan anak-anak remaja mendatangi ibuku agar tidak meringankannya kembali kepadaku sehingga menjadikan ia sedih.
Saat pisau ditelakkan di leher Ismail, sebuah riwayat mengatakan pisau tersebut menjadi tumpul dan tidak berfungsi layaknya pisau biasa, sehingga ismail berkata pada ayahnya, "Hai ayahku ! kekuatanmu telah melemah disebabkan cintamu padaku, sehingga engkau tidak bisa menyembelihku". Kemudian Ibrahim mencobakan pisau yang dipegangnya itu pada sebuah batu yang ternyata dapat dibelahnya menjadi dua, lalu beliau berkata pada pisau yang dipegangnya itu, "Engkau dapat memotong batu, tetapi tidak bisa dapat memotong daging?" dengan kuasa Allah pisau tersebut menjawab pertanyaan Nabi Ibrahim itu, "Engkau memerintahkan aku memotong, sedangkan Allah Rabbul 'Alamin melarangku, bagaimana aku dapat mematuhi perintahmu dan melanggar perintah Tukanku?"

Setelah nyata kesabaran dan ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail, maka terjadilah penyembilan tersebut dan akhirnya penyembelihan Ismail oleh Nabi Ibrahim a.s diganti oleh Allah dengan seekor kibas/kambing. Firman Allah Q.S Ash-Shafat Ayat 106-107 yang artinya :
"Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. dan Kami tebus anak itu dengan sembilan yang besar".