
Banyak yang tidak mengetahui bahwa Nagari Lawang juga memiki daerah untuk wisatawan. Nagari Lawang terletak di Kecamatan Matur Kabupaten Agam Sumatera Barat. Kabupaten Agam ini terdiri dari 16 Kecamatan salah satunya yaitu Kecamatan Matur. disinilah letak Wilayah Nagari Lawang yang dikepalai oleh seorang Wali Nagari. berdasarkan peta geografis Nagari Lawang dengan luas lebih kurang 1.669 hektar yang dihuni oleh sekitar 3.837 jiwa penduduk atau lebih kurang 1.037 kepala keluarga. untuk menempuh Lawang lebih kurang 25 Kilo meter dari Kota Bukittinggi. Dengan perbatasan wilayahnya adalah :
- Sebelah Barat
Berbatasan dengan Nagari Matur Hilir
- Sebelah Timur dengan
Maninjau (Kecamatan Tanjung Raya)
- Sebalah Utara dengan
Nagari Matur Mudik dan
- Sebelah Selatan
berbatasan dengan Nagari Tigo Balai
Di Nagari Lawang
tersebut terdiri 6 Jorong :
1. Jorong Ketaping
2. Jorong Batu Basa
3. Jorong Lawang Tuo
4. Jorong Gajah Mati
5. Jorong Buayan
6. Jorong Pabatuangan
Puncak Lawang dengan ketinggian 1.210 m dari permukaan laut kita
dapat menikmati keindahan kawasan Danau Maninjau dan Samudra Indonesia. Tidak
heran, tempat ini sejak zaman penjajahan Belanda sudah menjadi pilihan
peristirahatan kaum bangsawan Belanda. dari Puncak Lawang kita dapat nikmati pandangan
yang memukau, birunya langit yang berpadu dengan birunya laut. Bahkan karena
kekagumannya, Presiden RI pertama Soekarno pun juga pernah membuat puisi
mengenai keindahan panorama Danau Maninjau itu.
Pemandangannya yang sangat dahsyat, udara yang sejuk
serta seakan-akan Anda bisa menyentuh langsung awan. dibawahnya terhampar luas
kawasan Danau Maninjau.
Danau Maninjau adalah sebuah danau vulkanik yang
terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat,
Indonesia. Danau dengan luas sekitar 99,5 km2 dengan kedalaman mencapai 495
meter ini merupakan danau terluas kesebelas di Indonesia, dan terluas kedua di
Sumatra Barat. Menurut cerita, Danau Maninjau pada awalnya merupakan gunung
berapi yang di puncaknya terdapat sebuah kawah yang luas. Oleh karena ulah
manusia, gunung berapi itu meletus dan membentuk sebuah danau yang luas.
Wisatawan yang datang ke Puncak lawang bukan hanya
wisatawan domestik, bahkan orang asingpun ikut berwisata di sana. Di kawasan
Puncak Lawang lokasinyapun ada beberapa titik atau tempat wisata seperti puncak
lawang, relay dan Lawang Park.
Keindahan Puncak lawang ini adalah pemandangan
menikmati keindahan Danau Maninjau. Jika kita ingin turun menuju Danau Maninjau
bisa melewati jalan utama dari Embun Pagi dan jalan kecil langsung dari puncak
lawang melewati lembah dan rimba. Kalau ingin melewati Jalan Utama Kita dapat
menggunakan kendaraan pribadi atau bus umum. Perjalanan ke sana akan
mengharuskan kita melewati kawasan Kelok Ampek
Puluah Ampek (dalam bahasa indonesia 44 tikungan). karena
memang menjelang kita sampai diDanau Maninjau, kita akan melalui tikungan tajam
sebanyak 44 kali. Pada tiap tikungan yang tajam itu, selalu diberi tanda
penomoran sudah berapa tikungan yang kita lewati, dan semua tikungan itu berjumlah
44 buah. Menjelang sampai di bawah, kita akan menjumpai aneka macam souvenir
seperti topi dari anyaman pandan, tas kampia, koleksi kalung, gelang dari
tulang serta tanaman menjalar buah labu yang berkhasiat obat sekaligus dapat
dijadikan penganan.
Begitu sampai di bawah, maka anda akan disambut sebuah
simpang tiga. Bila belok ke kiri, maka anda bisa pergi berkunjung ke rumah
kelahiran Buya Hamka di Sungai Batang,
tepatnya di Kampung Muaro Pauh. Di sebuah rumah sederhana 1908 atau 1325
Hijriah disitulah Hamka
dilahirkan. Sekarang bangunan bersejarah itu telah ditempatkan
sebagai museum rumah kelahiran Buya Hamka.
Hanya kisah dan dokumentasi tentang Buya Hamka yang relatif lebih banyak
tersedia di Maninjau. Selain dikenal luas oleh masyarakat sebagai tokoh ulama
pembaru Islam, catatan sejarah Hamka juga masih tersimpan rapi di rumah
bergonjong yang dibangun sebagai Museum Rumah Kelahiran Buya Hamka. Di rumah
itulah tersimpan aneka foto, memorabilia, serta buku-buku buah karya Hamka,
termasuk novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Hanif Rasyid, anak guru Hamka,
yakni Buya Mansyur, sekaligus pengelola museum, juga mengetahui persis
kehidupan Hamka berikut pemikiran tokoh ini. Bila belok ke kanan, anda bisa
menuju Lubuk Basung,
ibukota kabupaten Agam. Perjalanan menuju Puncak Lawang salah satu perjalanan
wisata yang mesti kita lakukan, karena tidak hanya satu sensasi objek wisata,
tetapi sensasi lainnya juga akan tercipta. Pastikan Anda ikut melakukan
perjalanan ini:
KEUNIKAN
Keunikan di Nagari Lawang ini adalah DUA
NAGARI DALAM SATU KANTOR. Bila menyebut nama Nagari Lawang, sejatinya,
tidaklah lengkap kalau tak membawa serta nama Nagari Tigo Balai. Ya, keduanya
adalah ‘nagari kembar’ (tetangga Nagari Lawang) yang hampir bisa dipastikan
tidak ditemukan di daerah lain. Antara Lawang dan Tigo Balai sulit untuk
dipisah.
Cobalah perhatikan kantor walinagarinya. Kedua
nagari berkantor di satu gedung yang sama. Koridor yang ada di kantor itulah,
menjadi perbatasan resmi kedua nagari. Bila masuk ke kantor Walinagari Tigo
Balai, itu artinya Anda juga telah memasuki kantor Walingari Lawang.
Demikian pulalah halnya dengan Balai (pasar)
sebagai salah satu pertanda keberadaan sebuah nagari di Minangkabau. Kedua
nagari hanya punya satu pasar yang terletak persis di depan kantor walinagari.
“Pengelolaan pasar ini dilakukan secara bersama
antara kedua nagari. Sekali empat tahun dipergilirkan kepengurusannya. Kalau
ketua dari Lawang, maka sekretaris dari Tigo Balai. Begitu pula sebaliknya.
Sulit juga dipastikan, entah sejak kapan kehamonisan ini dimulai.
Kalau di kantor kedua walinagari yang satu atap
itu dilayani beragam urusan kemasyarakatan, maka di balai itu diperjualbelikan
beragam produksi pertanian masyarakat yang ada di kedua nagari. Tidak jarang
pula, pedagang pengumpul dari Bukittinggi datang ke pasar yang diramaikan
setiap Jumat dan Senin itu untuk membeli Saka Lawang, tebu, kulit manis dan
hasil pertanian lainnya untuk kemudian dijual kembali ke Bukittinggi, Padang,
Pekanbaru dan Jambi.
Sebenarnya dahulu, entah tahun berapa, Lawang
dan Tigo Balai pernah berada dalam satu nagari yang diberi nama Nagari Lawang
Tigo Balai. Pada masa itulah kantor walinagari yang kini dipergunakan itu
dibangun. Bersamaan dengan pembangunan kantor walinagari, dibangun pula pasar
serikat yang oleh Lawang dinamakan dengan Pasa Lawang, sementara warga Tigo
Balai menyebutnya sebagai pakan sinayan. Kini, nama itu dilebur menjadi Pasar
Lawang Tigo Balai. (Anton)
Silahkan ditonton juga video cinematik Puncak Lawang